Mesin penghasil sensasi atau mesin yang membuat mimpi jadi nyata? Apapun pendapat Anda, YouTube adalah contoh sebuah produk ‘web 2.0′ yang sukses. Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim adalah tiga serangkai di balik YouTube.
Pengguna Internet saat ini nyaris tak ada yang tidak kenal YouTube. Website berbagi video itu sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman online, bahkan di negara “fakir bandwidth” seperti Indonesia ini.
Hurley, Chen, dan Karim punya satu kesamaan: ketiganya sama-sama bekerja di PayPal (www.paypal.com) sebelum dan saat perusahaan pembayaran online itu diakuisisi oleh eBay. Seperti banyak pemuda di Silicon Valley pada masa itu –sekitar tahun 2002-an– ketiganya gatal untuk membuat sesuatu milik mereka sendiri.
Akibatnya, trio tersebut kerap duduk bareng dan membicarakan ide-ide bisnis yang bisa dilakukan. Dari entah berapa lusin ide yang sempat tercetus, satu yang akhirnya mereka kejar adalah soal upload video di Internet.
Ada satu legenda bahwa YouTube dibuat karena ketiga pendirinya merasa kesal saat akan meng-upload sebuah video dari acara makan malam yang mereka hadiri. Kesulitan meng-upload video ini konon memicu mereka untuk berkata, “daripada susah begini, kita bikin sendiri aja yuk!”
Namun, meski cerita itu mudah dicerna ala ‘kejatuhan apel-nya Isaac Newton’, kisah makan malam itu tidaklah benar. Ada satu unsur yang benar dari cerita itu: YouTube memang dibuat untuk memperbaiki pengalaman upload video dari para pendirinya.
“Ketika kami memulai perusahaan ini beberapa tahun lalu, kami tak pernah mengira bakal sampai di sini. Sangat menarik melihat ide yang sederhana, untuk memperbaiki pengalaman kami ber-video online, bisa menjadi seperti ini,” kata Chad Hurley dalam sebuah wawancara dengan Walt Mossberg.
Video pertama dan kegagalan pertama
Hurley, Chen, dan Karim memulai pekerjaan mereka membuat YouTube pada 14 Februari 2005. Ya, ketika itu hari Valentine dan ketiganya menghabiskan hari itu di sebuah garasi untuk membuat konsep sebuah website (baca: beginilah cara hidup para geek sejati).
Website yang lahir di garasi itu pada awalnya hanya menjadi tempat untuk meng-upload dan menonton video. Video pertama yang di-upload dilakukan pada April 2005. Video tersebut menampilkan Jawed Karim, salah satu pendiri YouTube, sedang berada di depan kandang gajah di kebun binatang.
Pada hari-hari awal, Hurley, Chen, dan Karim meng-upload sendiri video-video mereka. Tak banyak pengguna lain yang tahu soal YouTube. Ketiganya pun hanya melakukan kampanye gerilya dari teman ke teman.
Yang dilakukan YouTube, ujar Karim dalam sebuah pidato di kampus University of Illinois at Urbana-Champaign adalah meniru beberapa website lain yang mengandalkan kampanye dari mulut ke mulut. Mereka akan mengirimkan e-mail ke teman-teman dan berharap teman-teman itu memberi tahu teman yang lain yang akan memberi tahu pada teman lainnya lagi dan begitu seterusnya.
Lucunya, salah satu kalimat dalam salah satu e-mail “promosi” yang mereka kirimkan menyebutkan bahwa we have no girls in it … YET!
Karim pun mengatakan mereka sebe­narnya sudah berusaha mendekati beberapa “pakar” dan media massa untuk mempromosikan YouTube. Namun ketika itu, belum ada yang tertarik. YouTube pun nampak stagnan dan tidak menjadi sensasi viral yang diharapkan.
Tak menanjaknya website yang mereka buat sempat menjadikan trio ini frustrasi. Bayang-bayang kemakmuran dan sukses yang seakan sudah di depan mata pun buyar.  Momen itu terekam dalam sebuah video yang direkam oleh Jawed.
“Saya mengamati (YouTube) dan saya lihat kita punya sekitar 50-60 video di website ini. Kalau saya menempatkan diri sebagai pengguna website ini dan melihatnya. Ini sepertinya bukan video-video yang ingin saya tonton,” kata Chen.
“Maksudmu seperti video ini (yang sedang dibuat oleh Karim),” kata Hurley, sambil mengarahkan pandangannya ke kamera yang sedang dipegang Karim.
“Ha ha ha ha… Saya nggak akan meng-upload video ini kok,” kata Karim disambut tawa kedua rekannya.
“Ah. This is lame,” kata Hurley dengan nada sedih.
Kekuatan komunitas
Belakangan, di akhir 2010, ada sebuah formula yang menyebutkan bahwa sebuah website bisa sukses dengan mengandalkan tiga C. Tiga C itu adalah Content, Community, dan Commerce.
Formula itu diambil dari suksesnya banyak website di dunia. Nah, YouTube sebagai salah satu website yang sukses memiliki kekuatan pada dua dari tiga C di atas. YouTube memiliki Community dan Content.
Awalnya, para pendiri YouTube tak terlalu ngeh akan kekuatan 2C yang mereka miliki. Sebagai engineer (Chen dan Karim) serta desainer (Hurley) yang mereka pikirkan waktu itu hanyalah cara membuat layanan upload dan menonton video yang simpel dan bisa diakses oleh semua orang.
Produk yang mereka hasilkan memang cukup menarik. Berbekal teknologi Flash Video, YouTube memungkinkan pengguna Internet menonton video tanpa perlu khawatir dengan codec dan berbagai masalah teknis lain.
Bulan Mei 2010, ketika masa depan YouTube terlihat sangat suram, para pendirinya mencoba sebuah trik marketing yang nekat. Waktu itu, ujar Karim, yang dipikirkan hanya cara agar ada gadis-gadis cantik tampil dalam video di YouTube.
“Kami mengirimkan iklan di Craigslist area Los Angeles yang isinya, kurang lebih: Hai, jika kamu gadis cantik atau merasa punya penampilan menarik, e-mail kami dan upload 10 video di YouTube dan kami akan membayarmu sebesar US$ 100 lewat PayPal,” kata Karim.
Apakah strategi itu yang membuat YouTube melonjak? Sejujurnya, kata Karim, tak ada balasan sama sekali dari iklan mereka itu. Artinya, kampanye nekat itu gagal.
Pada Juni 2010, YouTube melakukan perubahan mendasar. Pertama, mereka membuat feature seperti ‘Related Videos’ yang membuat pengguna bisa lebih betah melihat lebih banyak video. Kedua, mereka memperbaiki feature share sehingga pengguna gampang memberi tahu temannya tentang video di YouTube lewat e-mail.
Feature berikutnya adalah unsur sosial yang memungkinkan komunitas pengguna YouTube saling berinteraksi di website tersebut.
Ada satu lagi feature yang menurut Karim berperan besar dalam melesatkan YouTube. Feature penting itu adalah External Player. YouTube menyediakan ke­mampuan bagi pengguna untuk me­nempatkan video mereka di mana pun.
Judul: Chad Hurley, Steve Chen, Dan Jawed Karim; Ditulis oleh Kumpulan Materi KomputerUnknown; Rating Blog: 5 dari 5

0 Responses to "Chad Hurley, Steve Chen, Dan Jawed Karim"

Post a Comment

1:22:00 PM

Chad Hurley, Steve Chen, Dan Jawed Karim


Mesin penghasil sensasi atau mesin yang membuat mimpi jadi nyata? Apapun pendapat Anda, YouTube adalah contoh sebuah produk ‘web 2.0′ yang sukses. Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim adalah tiga serangkai di balik YouTube.
Pengguna Internet saat ini nyaris tak ada yang tidak kenal YouTube. Website berbagi video itu sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman online, bahkan di negara “fakir bandwidth” seperti Indonesia ini.
Hurley, Chen, dan Karim punya satu kesamaan: ketiganya sama-sama bekerja di PayPal (www.paypal.com) sebelum dan saat perusahaan pembayaran online itu diakuisisi oleh eBay. Seperti banyak pemuda di Silicon Valley pada masa itu –sekitar tahun 2002-an– ketiganya gatal untuk membuat sesuatu milik mereka sendiri.
Akibatnya, trio tersebut kerap duduk bareng dan membicarakan ide-ide bisnis yang bisa dilakukan. Dari entah berapa lusin ide yang sempat tercetus, satu yang akhirnya mereka kejar adalah soal upload video di Internet.
Ada satu legenda bahwa YouTube dibuat karena ketiga pendirinya merasa kesal saat akan meng-upload sebuah video dari acara makan malam yang mereka hadiri. Kesulitan meng-upload video ini konon memicu mereka untuk berkata, “daripada susah begini, kita bikin sendiri aja yuk!”
Namun, meski cerita itu mudah dicerna ala ‘kejatuhan apel-nya Isaac Newton’, kisah makan malam itu tidaklah benar. Ada satu unsur yang benar dari cerita itu: YouTube memang dibuat untuk memperbaiki pengalaman upload video dari para pendirinya.
“Ketika kami memulai perusahaan ini beberapa tahun lalu, kami tak pernah mengira bakal sampai di sini. Sangat menarik melihat ide yang sederhana, untuk memperbaiki pengalaman kami ber-video online, bisa menjadi seperti ini,” kata Chad Hurley dalam sebuah wawancara dengan Walt Mossberg.
Video pertama dan kegagalan pertama
Hurley, Chen, dan Karim memulai pekerjaan mereka membuat YouTube pada 14 Februari 2005. Ya, ketika itu hari Valentine dan ketiganya menghabiskan hari itu di sebuah garasi untuk membuat konsep sebuah website (baca: beginilah cara hidup para geek sejati).
Website yang lahir di garasi itu pada awalnya hanya menjadi tempat untuk meng-upload dan menonton video. Video pertama yang di-upload dilakukan pada April 2005. Video tersebut menampilkan Jawed Karim, salah satu pendiri YouTube, sedang berada di depan kandang gajah di kebun binatang.
Pada hari-hari awal, Hurley, Chen, dan Karim meng-upload sendiri video-video mereka. Tak banyak pengguna lain yang tahu soal YouTube. Ketiganya pun hanya melakukan kampanye gerilya dari teman ke teman.
Yang dilakukan YouTube, ujar Karim dalam sebuah pidato di kampus University of Illinois at Urbana-Champaign adalah meniru beberapa website lain yang mengandalkan kampanye dari mulut ke mulut. Mereka akan mengirimkan e-mail ke teman-teman dan berharap teman-teman itu memberi tahu teman yang lain yang akan memberi tahu pada teman lainnya lagi dan begitu seterusnya.
Lucunya, salah satu kalimat dalam salah satu e-mail “promosi” yang mereka kirimkan menyebutkan bahwa we have no girls in it … YET!
Karim pun mengatakan mereka sebe­narnya sudah berusaha mendekati beberapa “pakar” dan media massa untuk mempromosikan YouTube. Namun ketika itu, belum ada yang tertarik. YouTube pun nampak stagnan dan tidak menjadi sensasi viral yang diharapkan.
Tak menanjaknya website yang mereka buat sempat menjadikan trio ini frustrasi. Bayang-bayang kemakmuran dan sukses yang seakan sudah di depan mata pun buyar.  Momen itu terekam dalam sebuah video yang direkam oleh Jawed.
“Saya mengamati (YouTube) dan saya lihat kita punya sekitar 50-60 video di website ini. Kalau saya menempatkan diri sebagai pengguna website ini dan melihatnya. Ini sepertinya bukan video-video yang ingin saya tonton,” kata Chen.
“Maksudmu seperti video ini (yang sedang dibuat oleh Karim),” kata Hurley, sambil mengarahkan pandangannya ke kamera yang sedang dipegang Karim.
“Ha ha ha ha… Saya nggak akan meng-upload video ini kok,” kata Karim disambut tawa kedua rekannya.
“Ah. This is lame,” kata Hurley dengan nada sedih.
Kekuatan komunitas
Belakangan, di akhir 2010, ada sebuah formula yang menyebutkan bahwa sebuah website bisa sukses dengan mengandalkan tiga C. Tiga C itu adalah Content, Community, dan Commerce.
Formula itu diambil dari suksesnya banyak website di dunia. Nah, YouTube sebagai salah satu website yang sukses memiliki kekuatan pada dua dari tiga C di atas. YouTube memiliki Community dan Content.
Awalnya, para pendiri YouTube tak terlalu ngeh akan kekuatan 2C yang mereka miliki. Sebagai engineer (Chen dan Karim) serta desainer (Hurley) yang mereka pikirkan waktu itu hanyalah cara membuat layanan upload dan menonton video yang simpel dan bisa diakses oleh semua orang.
Produk yang mereka hasilkan memang cukup menarik. Berbekal teknologi Flash Video, YouTube memungkinkan pengguna Internet menonton video tanpa perlu khawatir dengan codec dan berbagai masalah teknis lain.
Bulan Mei 2010, ketika masa depan YouTube terlihat sangat suram, para pendirinya mencoba sebuah trik marketing yang nekat. Waktu itu, ujar Karim, yang dipikirkan hanya cara agar ada gadis-gadis cantik tampil dalam video di YouTube.
“Kami mengirimkan iklan di Craigslist area Los Angeles yang isinya, kurang lebih: Hai, jika kamu gadis cantik atau merasa punya penampilan menarik, e-mail kami dan upload 10 video di YouTube dan kami akan membayarmu sebesar US$ 100 lewat PayPal,” kata Karim.
Apakah strategi itu yang membuat YouTube melonjak? Sejujurnya, kata Karim, tak ada balasan sama sekali dari iklan mereka itu. Artinya, kampanye nekat itu gagal.
Pada Juni 2010, YouTube melakukan perubahan mendasar. Pertama, mereka membuat feature seperti ‘Related Videos’ yang membuat pengguna bisa lebih betah melihat lebih banyak video. Kedua, mereka memperbaiki feature share sehingga pengguna gampang memberi tahu temannya tentang video di YouTube lewat e-mail.
Feature berikutnya adalah unsur sosial yang memungkinkan komunitas pengguna YouTube saling berinteraksi di website tersebut.
Ada satu lagi feature yang menurut Karim berperan besar dalam melesatkan YouTube. Feature penting itu adalah External Player. YouTube menyediakan ke­mampuan bagi pengguna untuk me­nempatkan video mereka di mana pun.

0 comments: